Monday, January 16, 2012

Review Film Midnight in Paris







Saat berlibur bersama tunangannya, Inez (Rachel McAdams ) di Paris, Gil Pender (Owen Wilson) yang seorang penulis dan tengah mengerjakan novel pertamanya merasa jatuh cinta pada kota itu, khususnya di saat hujan mengguyur Paris. Berbeda terbalik dengan Gil, Inez justru menganggap Paris tidak lebih baik dari kota lainnya di dunia. Ia justru lebih sibuk mempersiapkan pernikahan mereka dengan memilih furniture yang akan ditempatkan di rumah mereka kelak. Bersama ibunya yang juga materialistis, mereka membuat Gil merasa tersudut karena barang-barang yang dipilih Inez semuanya adalah barang-barang yang mahal, tapi menurut Inez harga yang harus dia keluarkan sebenarnya murah. Gil makin tersisih saat Inez bertemu dengan temannya, Paul (Michael Sheen) dan Carol Bates (Nina Arianda). Apalagi Paul yang merasa dirinya berpengetahuan luas suka memamerkan pengetahuannya seputar sejarah dan seni, dan Inez sangat mengaguminya, bahkan dia lebih menghargai pendapat Paul ketimbang pendapat Gil yang notabene adalah tunangannya. 





Suatu malam ketika Inez yang ingin pergi berdansa menolak untuk pulang bersamanya, Gil yang mabuk terpaksa berjalan sendirian untuk kembali ke hotel. Karena tidak sepenuhnya mengenali jalan-jalan di Paris, tanpa sengaja tersasar ke bagian lain kota. Saat jam berdentang di tengah malam, ia tanpa sengaja didaulat oleh orang-orang yang mengendarai sebuah mobil kuno. Tak dinyana dia ternyata dibawa ke tahun 1920-an dan orang-orang di dalam mobil itu adalah Cole Porter (Yves Heck), Josephine Baker (Sonia Rolland), Zelda (Alison Pill) dan F. Scott Fitzgerald (Tom Hiddleston) yang lalu memperkenalkannya pada Ernest Hemingway (Corey Stoll) dan Gertrude Stein (Kathy Bates). Gil jelas merasa takjub dan senang karena era 20-an adalah masa keemasan. Gil sendiri merasa dia terlahir pada era yang salah dan karenanya sangat menikmati pertemuannya dengan penulis-penulis berbakat yang sangat ia kagumi itu. Ia bahkan memperlihatkan draft novelnya pada Gertrude Stein padahal ia tadinya tidak mau memperlihatkannya pada siapa pun, termasuk kepada Inez, apalagi kepada Paul yang menurut Inez dapat memberinya saran seputar pembuatan novelnya. Saat mobil itu menurunkannya ke bagian kota tempat dia tersesat, Gil pun kembali ke tahun 2010. 





Petualangan Gil terus berlanjut. Saat tengah malam berikutnya, ia pun kembali ke tahun 1920-an. Gertrude Stein memperkenalkan Gil pada Pablo Picasso (Marcial Di Fonzo Bo) dan wanita simpanannya, Adriana (Marion Cotillard) yang juga menjadi model lukisannya. Gil merasa tertarik pada Adriana dan berniat menghadiahinya sepasang anting-anting. Tadinya Gil ingin memberikan anting-anting milik Inez ke adriana, tapi karena tunangannya itu menuduh pelayan hotel mencurinya, Gil terpaksa mengembalikan anting-anting itu sebelum sempat diberikan kepada Adriana. Gil akhirnya membeli anting-anting di sebuah toko dan ternyata Adriana sangat menyukai pemberiannya. Hal ini dilakukan Gil saat dia tanpa sengaja menemukan buku harian Adriana yang dijual di toko barang antik. Menurut buku hariannya, Adriana jatuh cinta pada Gil dan dia bermimpi Gil memberinya sepasang anting-anting. 





Menurut Gertrude Stein, tulisan Gil menunjukkan kemajuan, tapi dia mengkritik kenaifan tokoh utamanya yang tidak menyadari bahwa tunangannya berselingkuh. Gil pun termakan ucapan Stein dan menganggap Inez berselingkuh dengan Paul. John (Kurt Fuller), ayah Paul yang mencurigai Gil berselingkuh karena tingkahnya yang makin aneh, lalu menyewa detektif untuk mengikutinya. Sayangnya sang detektif hilang setelah tanpa sengaja tersesat ke zaman yang lebih lampau. 





Adriana yang tak sabar menjelang era yang baru memutuskan untuk tetap berada di eranya, apalagi dia ditawari pekerjaan untuk menjadi disainer kostum balet, sementara Gil bersikukuh bahwa era 1920-an adalah era terbaik. Karena itu Gil pun memutuskan untuk berpisah dengan Adriana dan kembali ke eranya sendiri. Setelah Inez mengaku bahwa ia sempat berselingkuh dengan Paul, Gil pun memutuskan pertunangannya. Gil lalu tanpa sengaja bertemu kembali dengan Gabrielle (Lea Seydoux) yang juga mengagumi era yang sama dengan yang dikagumi Gil dan sempat menawarinya untuk membeli piringan hitam karena mengingat betapa Gil sangat menyukai musik tempo dulu itu. Gabrielle juga ternyata menyukai Paris di saat hujan. Keduanya lalu berjalan di tengah siraman hujan sambil menyusuri kota Paris sambil berbincang. 





Saya sangat menyukai film yang ditulis dan disutradarai oleh Woody Allen ini. Film ini membangkitkan imajinasi dan membuat penontonnya juga jadi berandai-andai dan membayangkan ke era mana mereka akan pergi jika mereka bisa seberuntung Gil bisa memasuki era yang sangat dikaguminya. Saya juga menyukai dialog film ini, khususnya mengenai berjalan di tengah siraman hujan. Sangat romantis, seromantis Paris. 





Berikut beberapa dialog yang menarik di film ini: 





Gil: Can you picture how drop dead gorgeous this city is in the rain? Imagine this town in the 20’s. paris in the 20’s. in the rain, the artists and the writers. 


Inez: Why does every city have to be in the rain? What’s wonderful about getting wet? 





Hemingway: Writers are competitive. 


Gil: I’m not gonna be competitive with you. 


Hemingway: You’re too self-effacing. It’s not manly. If you’re a writer, then clear yourself the best writer. 





Gil: No, it’ll be nice walking in the rain. It’s beautiful. 


Inez: No. there’s nothing beautiful about walking in the rain. 





Gil: Are you sure you don’t wanna walk in the rain? 





Hemingway: You’ll never write well if you fear dying. 





Hemingway: I believe that love that is true and real creates a respite from death. All cowardice has come from not loving or not loving well, which is the same thing. And when the man who is brave and true looks death squarely in the face like some rhino hunters I know… or Belmonte… who’s truly brave. It is because they love with sufficient passion, to push death out of their minds. Until it returns as it does to all men. And then you must make really good love again. Think about it. 





Gil: That’s… you know, what the present is. It’s a little unsatisfying because life is a litle unsatisfying. 





Gabrielle: Actually, Paris is the most beautiful in the rain. 


Gil: I feel that… That’s what I’m always saying. I couldn’t agree more with you. Yes, it is more beautiful.


  



* Gambar dipinjam dari Wikipedia
My Ping in TotalPing.com